UTUH: Naskah kuno khutbah Idul Adha di Desa Songak masih nampak utuh. |
SELONG -- Sejarah Pulau Lombok menempatkan Desa Songak, Kecamatan Sakra Lombok Timur menjadi salah satu desa dengan dengan latar belakang kekayaan sejarah. Di desa ini, masih terdapat situs sejarah yang bisa ditemukan.
Situs-situs itu lebih banyak merujuk pada peninggalan penyebaran agama Islam. Buktinya di desa ini masih ditemukannya masjid tua yang masih berdiri kokoh.
Tapi ternyata tak hanya berupa bangunan, namun juga sebuah naskah kuno yang berisi khutbah Hari Raya Idul Adha.
"Di dalam naskah itu, menjelaskan tentang berkurban lengkap dengan rukun khotbahnya," terang seorang tokoh setempat, Murdiyah, saat ditemui JEJAK LOMBOK di kediamannya, Minggu (18/7).
Naskah kuno ini, lanjutnya, bertuliskan tangan, berupa huruf Arab Melayu. Tulisan itu dilengkapi dengan ayat quran sebagai penguat perintah berqurban tesebut.
Dalam naskah ini, kata dia, dimulai dari niat sampai dengan khutbah ke dua.
Awal mula ditemukan naskah khotbah ini pada saat Masjid Bengan (Masjid Tua) di desa itu direhab. Pada waktu itu, dirinya diberikan oleh seseorang yang sampai saat ini belum ia ketahui keberadaannya.
Pada saat itu, ia hanya mendengarkan suara dan diberikan naskah tersebut.
"Saya tidak perhatikan, dan sudah saya tanya semua orang yang ada di sana, semua menjawab bukan saya," ucapnya.
Naskah ini berangka tahun berkisar 1300 Masehi atau abad ke 13, pasca Samalas meletus. Pendapat lain menyebut jika naskah tersebut berasal pada abad sekitar 1500 M, atau abad ke 15.
Angka tahun itu, jelas Murdiyah, diketahui dari jenis kertas pada naskah itu. Biasanya kertas sejenis itu lazim digunakan saat penyebaran Islam.
Di Lombok sendiri, Islam di awal mula disebarkan para pedagang asal Magrhibi (Maroko). Mereka ini mendarat di Lombok, abad ke 13.
Naskah ini, ucapnya, menjadi salah satu peninggalan bersejarah selain masjid dan benda pusaka lainnya di Desa Songak. Naskah dan peninggalan tersebut masih terpelihara sampai saat ini.
Panjang naskah ini, bebernya, berkisar 170 sentimeter atau setinggi badan manusia pada saat ini. Sementara lebarnya hanya 20 sentimeter.
Dengan begitu, imbuhnya, masyarakat Lombok pada masa itu telah mengenal Islam. Bahkan disebutnya dari sejak lama.
"Kami masih pegang sebagai bukti kesejarahan di desa ini, dan tetap akan kami pelihara," ucapnya. (jl)
0 comments:
Post a Comment