RAKOR: Gubernur NTB, H Zulkifliemansyah saat memimpin rapat koordinasi TPID terkait kemungkinan potensi inflasi.
MATARAM -- Memasuki bulan suci Ramadan 1442 Hijriah, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) NTB bersama Bank Indonesia Perwakilan NTB, menggelar hight level meeting. Ini dilakukan di Ruang Rapat Utama Kantor Gubernur NTB, Rabu (14/4).
Rapat tersebut membahas ketersediaan dan perkembangan harga kebutuhan bahan pokok. Selain itu membahas solusi menekan inflasi yang sering terjadi pada momen-momen tahunan seperti ini.
Kepala Bank Indonesia NTB, Heru Saptaji, mengusulkan agar dilakukan operasi pasar. Langkah ini untuk menghadapi komoditi-komoditi tertentu yang mengalami lonjakan harga.
Ia mengatakan agar TPID NTB harus melakukan sidak langsung melihat pergerakan harga komoditas-komoditas pangan strategis. Dimana komoditas itu harganya meningkat selama Ramadan dan menjelang Idul Fitri kedepan.
“Kami juga akan melakukan koordinasi yang semakin intensif. Baik di level provinsi dan kabupaten dimana pengendalian inflasi ke depan kita harapkan lebih selaras dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat,” kata Heru.
Dikatakan Heru, beberapa hal yang mempengaruhi hasil komoditas pertanian dan kebutuhan lainnya, diantaranya dipengaruhi cuaca ekstrem dalam tiga bulan terakhir. Selain itu, gelombang laut yang sering terjadi saat ini juga akan mempengaruhi hasil tangkapan nelayan yang juga menyebabkan hasil-hasil perikanan juga mengalami kenaikan harga.
"Fenomena alam seperti ini harus diantisipasi dengan menyiapkan ketersediaan pangan sebagai penyangga ketahanan pangan. Kami akan meningkatkan dan mengembangkan kluster-kluster komoditas pangan strategis seperti cabe, bawang merah, beras dan sebagainya agar bisa disiapkan jika sewaktu-waktu dilakukan operasi pasar,” ujarnya.
Disamping itu, menurutnya pemerintah melalui TPID juga hendaknya menjalin kerja sama dengan mitra-mitra bisnis pertanian lainnya. Ini dilakukan untuk off taker dengan menyiapkan stok pangan lokal dengan stok pangan yang dikirim ke luar daerah.
Ini juga salah satu strategi memenuhi ketersediaan bahan pokok komoditi pertanian di daerah.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan NTB, H Fathurrahman, mengutip penekanan Gubernur NTB H. Zulkieflimansyah usai rapat. Ia mengatakan bahwa kedepan TPID memang harus berusaha mencari solusi menghadapi situasi menjelang hari-hari besar keagamaan.
“Kedepan TPID hendaknya mencarikan solusinya karena memang setiap kegiatan atau hari besar keagamaan selalu diiringi dengan kenaikan harga terhadap komoditi tertentu walaupun ketersediaan komoditas dimaksud selalu ada di lapangan,” katanya.
Fathurrahman menambahkan, TPID NTB ke depan akan lebih berkonsentrasi pada pengendalian dan stabilitasi pada bahan komoditi pangan yang kerap kali dikeluhkan harganya cukup tinggi. Komoditas itu seperti cabe dan kedelai.
Kedepan, komoditi yang kerap dikeluhkan harganya itu didorong agar pengendalian harganya bisa diselesaikan untuk tahun-tahun berikutnya. Misalnya seperti dari Dinas Pertanian yang secara teknis akan melakukan upaya seperti apa agar ketersediaan bahan pangan ini tetap ada atau tidak langka di pasaran, sehingga harganya juga bisa terjangkau.
Fathurrahman tidak mempersoalkan harga bahan pokok lainnya. Ini karena kenaikannya tidak terlalu signifikan.
Ia menyebut gula pasir harganya di tingkat pengecer tidak lebih dari Rp12.500 per kg, termasuk tepung, minyak goreng dan lainnya terpantau masih stabil. (jl)
0 comments:
Post a Comment