PERMAINAN TRADISIONAL: Inilah salah satu permainan yang ditunjukan dalam Festival Lontar Suradadi.
SELONG-- Upaya memajukan pariwisata tak melulu berbicara soal spot wisata baru. Namun harus memperhatikan infrastruktur lainnya.
Infrastruktur yang dapat ditempuh salah satunya dengan banyak menyelenggarakan event-event lokal. Seperti Festival Lontar yang diselenggarakan Kelompok Sadar Wisata Lontar, Desa Suradadi, Kecmatan Terara, Lombok Timur misalnya.
Festival ini memperkenalkan beberapa permainan tradisional dan kerajinan dari daun lontar.
Ketua Kelompok Sadar Wisata Suradadi, Sawaludin mengatakan, event tersebut digelar untuk meperkenalkan permainan tradisional di desa setempat. Dimana permainan itu menurutnya hampir punah.
"Salah satu solusi mempertahankannya melalui pagelaran festival. Rencanya akan kita laksanakan setiap tahun," kata Ketua Pokdarwis Suradadi, Sawaludin, kapda JEJAK LOMBOK, Rabu (25/11).
Di antara permainan itu, bebernya, seperti beberapa permainan itu yakni main enjang-enjang (egrang), lompat tali, beledokan, kemanokan dan beselodoran.
Permainan itu, sebutnya, sangat menarik untuk terus dipertahankan. Terlebih ditengah gempuran zaman. Lantaran itu festival itu digelar dengan maksud mempertahankan dan memperkenalkan permaianan tersebut khususnya kepada generasi muda Suradadi.
Dia mengakui, generasi saat ini jarang mengetahui keberadaan permaianan yang unik ini. Mereka lebih senang main game di smartphone.
"Maksud yang kedua yakni untuk menarik simpati pemerintah pusat sampai daerah. Karena kalau tidak pernalkan kekayaan desa ini mana mungkin kita akan diperhatikan," ujarnya.
Selain mempertunjukan permainan tradisional, ia juga mempekenalkan hasil karya masyarakat setempat. Karya-karya tersebut berbahan dasar lontar.
Menurutnya, kerajinan tangan berbahan lontar di desa itu telah ada sejak lama. Kerajinan tersebut dikatakannya sebagai warisan nenek moyang.
Dulu, jelasnya, hanya tiga jenis hasil karya berbahan dasar lontar. Sebut saja seperti topi, tembolak, dan ceraken. Barulah muncul kerajinan tangan lainnya dari bahan yang sama.
Lantaran itu, dalam acara ini juga ada pertunjukan proses pembuatan kerajinan tangan berbahan lontar. Seperti topi, lompaq, kekempu dan lainnya.
"Lebih lah sepuluh jenis anyaman yang dipertunjukan, dan rata-rata dikerjakan oleh orang tua saja," ujarnya.
Namun begitu, imbuhnya, kerajinan ini tak lagi digemari oleh kalangan muda. Bahkan, dapat dikatakan sangat minim generasi muda yang dapat membuat anyaman berbahan dasar lontar.
Baginya, festival ini untuk memperkenalkan kerajinan yang ada di Desa Suradadi. Di lain sisi, hal ini dapat menjadi salah satu pemikat wisatawan yang berkunujung ke desa itu.
Menurutnya, Suradadi dapat menjadi tujuan wisata hasil kerjainan lokal.
"Bisa saja nanti kita tunjukan kepada wisatawan bagaimana proses pembuatannya," bebernya.
Bagi wisatawan mancanegara, lanjut pria yang saat ini menjadi dosen di salah satu kampus swasta itu, lebih tertarik menyaksikan proses pembuatannya ketimbang barang yang telah jadi.
Kedepan, ia ingin desa itu, memiliki outlet khusus menampung kerajinan masyarakat. Harapannya agar ekonomi para pengerajin dapat terdongkrak.
"Kita ingin buat outlet yang bisa menampung hasil kerajinan. Karena lontar ini dapat mendatangkan nilai ekonomis," tandasnya. (sy)
0 comments:
Post a Comment