Sunardi Ayub |
Selain dua calon kuat, Bupati Lombok Tengah HM Suhaili FT dan Walikota Mataram H Ahyar Abduh, kini muncul nama Bupati Lombok Barat H Fauzan Khalid. Fauzan bahkan dikabarkan sudah sowan ke Ketum Golkar Airlangga Hartarto demi mengetuk restu untuk maju di Musda Golkar NTB.
Namun Golkar merupakan partai besar dan sangat matang dalam berpolitik. Partai berlambang Pohon Beringin ini dipastikan bakal mendorong kader partai sendiri. Munculnya nama Fauzan Khalid dinilai tak mempengaruhi peta politik pemilihan Ketua di Musda Golkar NTB kali ini.
"Musda Golkar merupakan momentum mencari kader terbaik menjadi pimpinan Partai Golkar di daerah. Sehingga saya rasa Partai Golkar tetap akan memprioritaskan kader terbaik Golkar itu sendiri. Kecil kemungkinan untuk memberikan diskresi kepada calon dari luar kader Golkar," kata mantan kader Golkar sekaligus mantan Ketua DPRD NTB dari Partai Golkar, H Sunardi Ayub, Selasa (28/7).
Politisi gaek NTB ini menilai, munculnya nama Fauzan Khalid dalam kontestasi Musda Golkar NTB belum tentu riil menjadi kenyataan. Apalagi Bupati Lombok Barat ini bukan kader Golkar.
"Pak Fauzan Khalid ini kan bukan kader Golkar. Beliau tidak pernah membesarkan Golkar dan tidak pernah dibesarkan oleh Golkar. Bahkan kabarnya beliau itu dikaderkan PAN saat maju menjadi calon Bupati Lombok Barat dalam Pilkada 2018, apakah masih sampai sekarang wallahualam," sambungnya.
Sunardi mengatakan, pilihan Golkar tentu akan jatuh kepada kader terbaiknya. Ahyar Abduh dinilai punya kans besar dalam Musda Golkar NTB, meski banyak pihak menilai pertarungan head to head akan berlangsung seru dengan Suhaili FT.
"Ya sangat kecil peluang non kader dapat diskresi ketum dalam Musda Golkar NTB. Saya pikir perebutannya hanya antar Pak Ahyar Abduh dan Pak Suhaili. Kansnya memang lebih besar ke Pak Ahyar Abduh," papar Sunardi.
Ia menjelaskan, untuk mendapatkan diskresi Ketum Golkar itu tidak mudah dan banyak kriteria seseorang diberikan diskresi. Salah satunya bila dia dianggap sukses membesarkan Golkar, dan istiqomah dalam perjuangan Golkar.
"Nah kenapa Ahyar Abduh yang dapat diskresi ketum, saya melihat karena Ahyar dianggap istiqomah dalam perjuangan membesarkan Golkar selama ini," katanya.
Sunardi mencontohkan, dulu di tahun 2014 jumlah kursi Golkar di DPRD Kota Mataram berhasil naik dari hanya 4 kursi menjadi 9 kursi. Pada Pemilu 2018 lalu, sebagai Ketua Dewan Pembina Golkar Kota Mataram, Walikota Mataram ini mampu mempertahankan 9 kursi dan menjadi kursi terbesar di kabupaten kota se provinsi NTB.
Isu miring tentang Ahyar Abduh yang pernah mencalonkan diri jadi Cagub diusung partai lain, menurut Sunardi bukan hal luar biasa. Masalah seperti itu sudah lumrah dan menjadi hal yang biasa saja di Partai Golkar.
"Dulu H Suhaili juga dua kali nyalon Bupati Loteng tidak menggunakan Golkar. Dulu zaman Lalu Serinata maju jadi Gubernur NTB juga tidak menggunakan Golkar, tapi setelah menang Serinata bahkan jadi Ketua Golkar NTB, begitu juga Suhaili," jelasnya.
Ia juga mengingatkan kembali saat di tingkat pusat, SBY dan Jusuf Kalla nyalon Presiden dan Wapres tidak diusung Golkar. Namun setelah menang Yusuf Kalla jadi Ketum Golkar.
"Jadi Golkar ini partai besar dan matang. Hal seperti itu hal yang sudah lumrah di Golkar asal tidak keluar jadi kader dan dipecat jadi kader. Bahkan saya mengutip kata Lalu Serinata dulu, harusnya Golkar bangga ada anak atau kader Golkar yang disukai partai lain dan diusung nyalon kepala daerah," ujar Sunardi.
Menurut Sunardi, mundurnya pelaksanaan Musda Golkar NTB ini bisa jadi karena Golkar masih sulit memutuskan antara dua Kader terbaiknya di NTB ini. Hal ini bisa dimaknai macam-macam oleh masyarakat, dan berbagai isu pun menggelinding.
Tapi Sunardi yakin bahwa Partai Golkar adalah partai besar dan sangat matang, yang tentu memiliki solusi yang terbaik.
"Molornya Musda Golkar NTB sampai saat ini dan berbagai isu yang menggelinding macam-macam di Golkar itu hal yang biasa. Tapi nanti Golkar pasti punya solusi yang terbaik pada akhirnya," tegasnya. (jl)
0 comments:
Post a Comment