HANGAT: Evaluasi penanganan virus Corona di kediaman kepala Bank Indonesia berlangsung hangat dan sempat membahas MRMP di NTB. |
Kabar ini mengemuka saat Jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkominda) membahas masalah ketahanan pangan. Rapat diselenggarakan di kediaman resmi kepala Bank Indonesia, Selasa (30/6).
"Alhamdulillah, telah hadir di tengah-tengah kita perwakilan dari Bulog yang sebentar lagi akan membangun MRPM di NTB," ujar Sekda NTB, HL Gita Ariadi, Selasa (30/6).
Informasi singkat yang disampaikan Sekda itu disambut langsung Gubernur NTB, Zulkieflimansyah dalam pertemuan yang berlangsung hangat tersebut. Gubernur mendorong Bulog untuk melakukan percepatan pembangunan MRPM itu.
Menurut Gubernur, dengan adanya MRPM, gabah yang ada di NTB tidak lagi dikirim ke luar daerah dan balik lagi ke NTB menjadi beras berbagai kualitas.
"Saya membayangkan, hadirnya industri pengolahan ini, tidak semata-mata hanya untuk mengolah. Tapi, itu semua akan memeperbaharui kemampuan masyarakat NTB pada bidang tersebut," ucapnya.
Tidak mungkin, lanjut Gubernur, masyarakat bisa meningkatkan kapasitasnya sebagai manusia di NTB jika tidak ada industri pengolahan. Selama ini, NTB mampu melahirkan masyarakat yang pandai bicara tapi nyaris tanpa ekpresi di bidang industri.
Dengan adanya industrialisasi, cara pandang masyarakat diharap berubah. Terpenting, dengan industri pengolahan gabah akan memancing industri lain yang lebih besar lagi.
Sementara itu, Perwakilan Bulog Eri Nurul Hilal mengatakan, lahan persiapan pembangunan MRMP iminsudah ada di Sumbawa. Pihaknya mengapresiasi Gubernur NTB terkait permintaan percepatan pembangunan MRPM tersebut.
"Rencana pembangunan MRPM di NTB segera terealisasi. Mesin dengan spesifikasi 1 dryer 120 ton perhari tersebut akan dibangun di Sumbawa," ungkap hilal.
Tak hanya MRPM, Bulog juga akan bangun Corn Drying Center (CDC) di Dompu. Mesin ini dengan spesifikasi 90 ton perhari dan Rice to Rice di Lombok Timur dengan spesifikasi 168.000 ton per 6 ton perjam.
Apa yang diikhtiarkan Bulog ini disebutnya guna mendukung ketahanan pangan di NTB. Seluruh berkas dan kesiapan sudah disiapkan Perum Bulog. Namun, sejauh ini masih menunggu persetujuan dari Kementerian BUMN.
Beberapa kendala pembangunan MRPM, salah satunya karena virus corona. Menurutnya, pandemi ini membuat anggaran harus diefisiensikan dengan penggunaan skala proritas, yaitu untuk penyerapan pengadaan gabah beras petani.
"Saat ini Bulog fokus untuk menyerap gabah dan beras dari petani untuk kebutuhan stok nasional dan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dalam menjaga stabilisasi harga pangan," tutup Hilal.
Kepala Wilayah Perum Bulog, A. Muis Sayyed Ali, setelah dikonfirmasi mengatakan, Perum Bulog telah membeli gabah petani di NTB untuk gabah 56.448 ton. Pembelian dalam jumlah itu dengan nilai dana Rp 300 miliar dan beras 14.776 ton atau senilai Rp 122.6 miliar.
"Dana Bulog yang beredar di desa kurang lebih Rp 422.6 miliar. Dana tersebut bersumber dari kredit Bulog untuk pembelian gabah dan beras di NTB. Pembelian Bulog terus dilakukan dalam rangka untuk kebutuhan stok nasional dan stabilisasi harga gabah dan beras," ujarnya. (jl)
0 comments:
Post a Comment